Maaf, bukan bermaksud berkata jorok tapi sekedar analogi sederhana mengenai ikhlas. Coba direnungkan kembali, bayangkan ketika sedang berak, apa yang anda lakukan pada saat itu???*kurang kerjaan banget ya....
Pernah suatu saat ngobrol dengan seorang teman yang kuanggap bijak dan ketika saya tanya arti ikhlas, gak tahu bercanda atau serius, hanya memberi sebuah analogi sederhana seperti ini : “Ikhlas itu laksana berak“.
Pernahkah kita, sorry bro...saat berak, apakah anda concern memperhatikan kotoran yang keluar??? Dan setelah anda berak, apakah anda mengingat dengan baik apa yang anda berakkan,... berapa banyak yang anda berakkan, perjuangan apa yang anda lakukan untuk mengeluarkan berak...sehingga ketika suatu waktu ditanya anda akan fasih menjawab pertanyaan tentang berak anda?
*jangan-jangan setelah baca artikel ini nantinya pada perhatian tuch ama yang keluar....hehehe.
Mungkin seperti itulah yang dimaksud oleh seorang teman tadi dalam analogi sederhananya...
Dalam konteks keikhlasan secara umum, intinya adalah lakukan saja kebaikan tanpa kita mengingatnya lagi dan jangan sekalipun berharap sesuatu sebagai hadiah atas kebaikan yang dilakukan. Sebab, sekali saja kita berharap, maka rusaklah nilai keikhlasan kita. Terlebih anda mengucapkannya dengan adanya intens untuk show-off bahwa saya telah melakukan ini dan itu. Tidak peduli berapa nilai intensitasnya, maka tetap saja rusak.
Sekali dua mungkin kita pernah mendengar seseorang yang bicara : “Jika bukan karena saya, tentu si anu ga akan bisa kerja…” atau “Dia itu saya yang masukkin kerjanya” atau “Selama ini dia kan aman karena saya ikut belain dia di belakang?“
Ini adalah contoh-contoh kalimat yang menghancurkan keikhlasan yang mungkin pada awalnya telah diniatkan. Malah dalam nilai yang saya anut, dalam konteks ini maka ikhlasnya telah batal!!
Jadi, mari kita berhati-hati terhadap godaan ini. Tetap fokus pada perbaikan diri…
Tetap lakukan kebaikan laksana kita berak.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !